SUNSET DARI DOLOK TOLONG

Monang Naipospos
Bisa saja kita menyebut diri kita, par Toba, Par Balige dan batak Toba. Namun, belum semua dapat melengkapi pengalaman memandang keindahan Tanah Batak dan Danau Toba.

Peluang ini diambil Firman Hadi dan Josua Panggabean kru ANTV saat melakukan liputan budaya Batak di Toba.
“Amang, darimana saya dapat mengambil panorama Danau Toba yang bagus?”, tanya Firman Hadi padaku dengan santun.
Walau Josua Panggabean asli orang batak, tapi tidak tau banyak tentang lika-liku tanah batak. Dia besar di luar tanah batak. Saya menunjukkan Puncak Dolok Tolong kepada mereka. Mereka ingin mengabadikan timeline dengan kamera video melengkapi tayangan yang sudah mereka kumpulkan.
Rupanya itu adalah pekerjaan membosankan menurut saya. Sejak jam 4 hingga jam 6 sore mereka mengarahkan video merekam ke objeck statis.
“Amang, nanti gambar videonya akan kelihatan awan berjalan dengan cepat ke arah yang sama dengan latar panorama danau toba”, kata Firman padaku meyakinkan hasil pekerjaannya itu.
Menunggu hasil kerjanya itu terpenuhi, dia berkesempatan menjepret dengan kamera poket digital yang diakui dipinjamnya dari temannya. Mereka mengakui memiliki kamera SLR tapi tinggal di Jakarta.
“Lihat amang hasil jepretan saya dengan kamera murah dan pinjaman ini”, katanya dengan canda.
Pemuda Betawi ini kelihatannya merasa puas dengan lokasi yang saya tunjukkan. Dengan persetujuannya photo-photo hasil jepretannya saya tampilkan untuk kita nikmati bersama.

Api Nan Tak Kunjung Padam


Sulaiman Sitanggang  (Cepito 006)
Adalah kalimat yang ditorehkan para cendekiawan bumi persada ini bahwa pembangunan tidak akan berhasil apabila di dalam masyarakat yang sedang membangun itu sendiri tidak ada api semangat. Yang menjadi sumber pendorong, memotivasi masyarakat yang bersangkutan untuk senantiasa membangun dirinya sendiri secara berkesinambungan.

Ada dikatakan, semangat mengalahkan segalanya. Kalimat ini seperti menyihir sikap hidup mereka yang menyala semangatnya. Menjadi tidak kenal pamrih dan bahkan pantang menyerah. Sebagai anak jaman, semestinya kita patut merenung sejenak, membaca kembali lembar-lembar sejarah yang telah berlalu. Bahwa kita hidup di tanah pejuang sekaligus di tanah para pengecut. Beberapa tercatat menjadi sumber inspirasi, sumber semangat yang tak habis-habisnya membisikkan pesan sejati kepada generasi lintas generasi.  Namun ada juga yang menjadi perongrong dan perusak apa yang baik. Tak salah tetua Batak mengungkap pesan dalam umpasa-umpasa, seperti "sai tubu do simareme eme di tonga tonga ni eme". (terj. bebas: ilalang senantiasa tumbuh di tengah hamparan padi).
Jaman diaspora Bangso Batak sepertinya sedang berada pada titik balik. Saat ini generasi perantaunya seolah sedang berlomba-lomba bertaruh di kampung halamannya. Termasuk dengan berdirinya Museum Batak yang disertai dengan pro dan kontra. Berawal dari satu batu, berdiri menjulang sebuah bangunan. Bangunan-bangunan bersejarah kerap menjadi pelindung peradaban dan simbol dari sebuah pergerakan jaman. Karena kita adalah anak-anak jaman terlepas dari apapun alasan yang menyebabkan urbanisasi menggerogoti bumi Tapanuli. Sehingga Tapanuli tak hanya masuk kategori wilayah tertinggal, namun ditinggal!. Setidaknya beberapa pelopor telah memulai jalan panjang revitalisasi peradaban bangso Batak dengan ragam hasil karya cipta.
Petuah orang tua Batak berkata,
martumbur ma napuran tu pussuna tu dangkana,
sotung adong manang sada pe hita na manogu suhar tu partubuna
Yang artinya semua masih dalam tahap proses bertumbuh, janganlah kiranya seorangpun dari antara kita menjadi penghalang perkembangan itu. Dan tentu saja tak sedikit kalangan yang silau dengan pertumbuhan ini. Dengan ragam alasan mencoba merongrong dan merusak pertumbuhan.
Dua belas bulan yang lalu, peletakan batu pertama di desa Pagar Batu Balige menandai dimulainya kerja budaya di bumi Tapanuli, geografis kediaman nenek moyang leluhur Batak. Arsitektural fisik museum dikombinasikan dengan pemandangan hijau alam dan birunya danau toba, tak jauh dari desa Pagar Batu Balige. Tak berlebihan jika museum ini disebut sebagai salah satu daftar pilihan Eco-Museum. Kontribusi masyarakat petani desa juga sangat berharga untuk senantiasa menjaga keasrian dan sudut-sudut naturalisme alam yang dapat dipandang bebas dari pilar-pilar bangunan museum.
Beberapa kali diadakan acara rembuk musyawarah mufakat sebelum Grand Opening Museum Batak pada 18 Januari 2011. Mengumpulkan kelompok masyarakat yang menempati puncak piramida sosial masyarakat. Diantaranya para pengetua lembaga adat dan aparat pemerintahan. Di bulan November diadakan dua kali temu akbar elemen masyarakat ini. Dilanjutkan dengan dua kali di bulan desember dan satu kali di bulan Januari. Total lima kali tahapan rembuk musyawarah resmi menuju acara puncak pernyataan kesatuan puak-puak Batak. Seperti kebiasaan tata krama berbicara pada perhelatan musyawarah, orang Batak sangat identik dengan penggunaan umpama dan umpasa. Dan ini adalah salah satu keindahan seni berbicara pada tokoh-tokoh adat Batak. Kelima kali perhelatan rembuk bersama ini tak sedikit bahasa-bahasa indah nan sejati dituturkan. Semua disertai harapan dan semangat untuk masa depan bangso Batak yang lebih maju, sejahtera, adil, dan bermartabat. Ragam perayaan dan penghormatan kepada petinggi negara direncanakan. Diantaranya semua perwakilan tokoh adat memberikan seperangkat pakaian kebesaran dan gelar kehormatan kepada sang Presiden. Tentunya disertai seni berbicara ala raja-raja adat Batak yang berkharisma dan bersahaja.
Yang mengherankan adalah ketika kehadiran Presiden RI ternyata menambah sekian panjang daftar pembahasan yang tidak perlu. Orang-orang menjadi terlena dan terlupa bahwa apapun bentuk perayaan dan penghormatan kepada sang presiden adalah merupakan bagian dari simbolisasi persatuan puak-puak Batak. Kebersamaan dalam berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah diantara para pemimpin adat dan pemimpin negara Indonesia sangat indah terlihat.
Satu hal yang luput adalah sosok Museum Batak. Sebuah simbol. Yang khusus didirikan sebagai representasi bangunan kesatuan dan persatuan puak-puak Bangsa Batak. Setelah itu barulah diikuti ritual perayaan dan penghormatan kepada para pemimpin yang hadir dan menyaksikan momen yang paling bersejarah di era modern pembangunan Tanah Batak ini.
Kita bisa hebat dan piawai dalam perayaan. Bagaimana tidak, Presiden RI, 10 menteri, 5 duta besar manca negara, Panglima TNI, Kapolri, dan jajaran pimpinan daerah mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah duduk bersama menyaksikan REPRESENTASI KESATUAN BATAK, yaitu disimbolkan dengan bangunan MUSEUM BATAK. Sepatutnya haturan terima kasih kita tujukan kepada mereka para pelopor dan perintis penggalian nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan leluhur Batak. Juga harapan kita kepada Museum Batak adalah sebagai tempat belajar, membina dan mendidik generasi muda. Supaya kita tidak buta sejarah, tuli kearifan, dan bisu kebijaksanaan. Akan tetapi senantiasa naluri dan nurani bangsa batak dibangkitkan kembali dan menyala sepanjang jaman seperti “api nan tak kunjung padam”.
Kedepannya, kita bisa berharap banyak kepada generasi selanjutnya untuk tidak hanya terpaku pada perayaan semata. Namun juga menekankan pentingnya Pendataan, Pengolahan, Penggunaan dan Pemanfaatan aspek-aspek budaya Batak dengan penuh kreatifitas dan tanggung jawab. Museum ini milik bangsa Batak dan Indonesia. Semua anak jaman bertanggung jawab untuk bertumbuh tidaknya museum ini. Perlu disadari, bahwa ini adalah salah satu Momen Bersejarah evolusi peradaban Batak. Akankah Batak menjadi Batak yang sesungguhnya, mari sama-sama mencari dan memberikan jawaban.  Tulisan sederhana yang tidak sempurna ini akan ditutup dengan mengutip pesan dan petuah para orang tua dan leluhur kita,
adong do parjolo pandohan ni natua-tua,
marmula ma na lao gabe, marmula do angka na denggan,
on ma ra mula ni nauli mula ni na denggan tu bangso batak i,
songon nidok ni umpasa:
balga batu ni ruma, umbalgaan ma batu ni sopo, molo nungnga mar pengalaman angka natua-tua sai umpistar jala ummalo jala umbisuk ma angka naumposo, jala serep marroha
takki ma hau tualang di dolok ni purba tua, sai tubu ma di hita anak partahi jala sibulang-bulangan, naboi mangatur ngolu di bagasan huta dohot manogu akka nahurang pikiran tu dalan hangoluan na gabe si ihut-ihutonon hon tu ari naparpudi
ido di sitta sitta hon angka omputta naparjolo, asa ummalo umbisuk umpistar angka anakhon di tonga ni huta
dompak marmeme anak do inna, dompak marmeme boru
dos do anak dohot boru, na lao pature turehon bangso i
tapados ma tahi, roha, nang pikkiran
manjalo parsadaan ni Bangso Batak marhite Museum Batak on
tabo nai sahata saoloan jala sauduran bangso i
songon suhat ni robean marsitukkol-tukkolan
songon lampak ni gaol marsiamin-aminan
ido poda ni omputta sijolo jolo tubu.
jumolo hami marsattabi tu sude natua-tua nami
hata i hata tambaan, ajari hamu hami naposo on…
HORAS, MEJUAH-JUAH, NJUAH JUAH
Mauliate
ps.
khusus hatur terima kasih kepada:
1.Bangso Batak
2.T.B. Silalahi
3.Yayasan TB Silalahi Center
4.Yayasan Soposurung Balige
5.Tim perencana, pembangun, pengawas, dan semua yang terlibat dalam proses pembangunan Museum Batak

sstoba @ GrandOpening Museum Batak 18januari2011
164390_482421254396_702854396_5893489_580647_nmuseum 164570_482424479396_702854396_5893528_1580859_n163100_482424179396_702854396_5893522_4780374_n 167252_482430604396_702854396_5893538_3828802_n 166661_482422704396_702854396_5893505_7744274_n 163285_482422639396_702854396_5893504_7982430_n165765_482421359396_702854396_5893490_4829381_n166682_482422009396_702854396_5893497_879895_n 165708_482422419396_702854396_5893500_5139420_n   164859_482422919396_702854396_5893507_6747985_n (1)168713_482423179396_702854396_5893510_1824892_n

siapa tuan di danau toba?


Mja Nashir
Nashir Di tepi kapal aku berdiri memandangi danau Toba. Dua perahu mesin mengapung di depanku. Di atasnya para lelaki berompi memanen ikan dari keramba-keramba besar yang bertebar di atas danau Toba. Keramba-keramba yang menguasai danau Toba dalam skala besar itu kabarnya adalah milik perusahan asing. Meskipun ada beberapa yang milik swasta setempat. Konon ikan-ikan Nila dari danau Toba ini rasanya enak. Namun yang jelas untuk konsumsi luar negri.

Kabarnya keramba-keramba itu juga berdampak polusi bagi ekosistem danau karena proses over protein dan zat-zat kimia dari pakan-pakan yang dipacukan demi pertumbuhan ikan-ikan dalam keramba. Rasanya danau yang hebat ini bisa melahirkan ikan-ikan yang luar biasa tapi masyakarat setempat ‘nrimo’ untuk makan ikan kecil-kecil bernama pora-pora. Ah..kenapa di semua sektor kehidupan di negriku ini selalu begitu. Rasanya siapa dan apa yang tumbuh dari negri ini tidak pernah menjadi tuan bagi negeri sendiri.
Kramba5 Kramba1 Kramba2 Kramba3 Kramba4
Begitulah aku memandangi danau Toba seperti aku memandang negriku sendiri, nusantara. Orang-orang yang merasa diri sebagai bagian dari zaman modern sudah jarang yang berpijak dari kebijakan-kebijakan masa lalu. Merasa maju di zaman kini tapi sesungguhnya mundur ribuan langkah bila dibanding dengan zaman lampau. Dan kulihat begitulah yang menimpa padamu Danau Toba. Di masa lampau kamu dihargai dan dimuliakan sebagai sumber kehidupan. Orang-orang zaman dulu tinggal di tepianmu, membuat rumah-rumah menghadap ke arahmu. Kini rumah-rumah dan bangunan-bangunan membelakangimu. Kamu menjadi tempat pembuangan akhir dari kehidupan sehari-sehari. Tempat sampah manusia juga limbah kimia. Oh danau Toba!"
"Kusimpan semua itu di dalam hatiku. Semoga pertanda baik untukku. Memang kurasakan masih ada kehangatan alam Toba ini yang menyapa manusia dengan keramahannya. Tinggal bagaimana manusianya; apakah manusia masih mau bersahabat baik dengan alam atau justru sebaliknya."

MEMAHAMI SENI SUARA DAN SENI GERAK BATAK

Monang Naipospos Dalam keterbatasan saya memberi penjelasan dengan bahasa seni dan musik, akan mencoba mendeskripsikan ragam seni suara dan tata gerak dalam kesenian tradisional batak lama.

Beda PANJUJURAN ARI Dengan PARHALAAN

Monang Naipospos Banyak orang beranggapan bahwa Panjujuran Ari adalah Parhalaan. Karena itu orang sering mengira bila meghitung hari dengan kalender batak adalah memilih hari-hari baik. Pamahaman yang keliru ini perlu kita luruskan untuk lebih jelas bagaimana para leluhur orang batak melakukan kajian tentang hari-hari dan hari baik dan buruk.

SIJAGARON

Monang Naipospos Sijagaraon berasal dari kata JAGAR. Dalam bahasa Batak, jagar mengandung arti indah atau tertata rapi. Ada beberapa perlakuan dalam diri seseorang yang disebut sijagaron. Seorang pria yang berpakaian ulos lengkap, bila dilengkapi dengan gelang puttu dari gading dan logam, assesori itu disebut juga sijagaron. Seorang wanita memakai ikat kepala dari emas sortali termasuk [...]

SINGA-SINGA RUMAH BATAK BANYAK DICURI

Monang Naipospos Di perkampungan batak yang ditemui rumah tradisional, banyak yang sudah kehilangan bagian assesori rumah itu karena dicuri orang-orang yang tak bertanggungjawab. Untuk wilayah Polsek Laguboti sudah 3 kasus pencurian yang dilaporkan dan 2 kasus sudah dilimpahkan ke pengadilan 1 kasus masih dalam proses.

MAKNA MANGIRDAK

Monang Naipospos Tentang mangirdak sudah kami jelaskan atas pertanyaan Andri pada tulisn Anak Tubu Boru Sorang 1. Tetapi masih ada pertanyaan Ramlan tentang topik ini, dan saya menyertakan uraian berdasarkan penuturan orang tua dan pengalaman pribadi.

PANANDAION NI HALAK BATAK MARHITE ADATNA

R.B. Marpaung (Op. Miduk) Halak Batak nunga digoari i sada Bangso. Mangihuthon nabinoto sian angka natua-tua umbahen digoari sada Bangso, nunga marharajaon sandiri, Mardebata (Mula Jadi Nabolon/Pencipta Yang Maha Besar), marpatik, mar-uhum, mar-adat dohot marpartuturon. Nunga marhepeng sandiri, ima naginoaran na ringgit Batak (ingot ringgit si tio soara). Alai ianggo nuaeng on nunga sada negara [...]

Gondang Batak Dan Pemahamannya

Monang Naipospos Gondang batak, salah satu karya seni musik batak yang sangat kaya dan menjadi kekaguman bagi dunia. Repertoarnya yang beragam memenuhi segala kebutuhan seni yang digunakan untuk beragam kegiatan seperti pada upacara keagamaan, adat dan hiburan.

DEBATA IDUP

Monang Naipospos Datu Pangabang seorang tabib batak yang mulai populer. Dia sangat ulet melakukan penelitian bahan obat untuk berbagai penyakit yang ditemukannya. Hutan dijelajah, beragam tanaman, akar kayu dan kulitnya dikumpulkan.

Partohonan Di Harajaon

Monang Naipospos Dalam sistem ketataprajaan batak dahulukala, sudah dikenal perangkat penata-prajaan di tingkat huta dan bius. Memang diakui, belum semua wilayah memiliki BIUS yang permanen dan kelengkapan organisasinya belum sempurna. Penerapan, penamaan terhadap perangkat itu pun kadang ditemukan adanya perbedaan penyebutan antar bius dan huta.

Makna Ragam Hias Dalam Rumah Batak

Monang Naipospos Hal-hal yang mengandung magis memang sungguh menarik dibahas dan dibicarakan. Lagi-lagi wacana ini menjauhkan intelektual batak untuk menemu kenali kecerdasan para leluhurnya. Sering saya mendengar pernyataan yang mengatakan bahwa rumah batak itu mengandung nilai magis yang dapat menolak roh jahat atau musuh. Konon pernyataan ini telah menjadi acuan tertulis bagi para pengamat budaya [...]